ACEH is an area in the archipelago that has a strong characteristic in custom and culture. Nearly in all sides of people's life in the area located on the tip of the island of Sumatra are surrounded by the customs and cultures.
One of the most glorious cultures of the Acehnese people is to glorify guests. You might be disagree, that other people in the other areas also glorifies guests. But it is unique in the people of Aceh, glorifying the guests is considered part of the religious command, hence it is not important to know whether or not they know the guests, they are their relatives, they are their family.
Therefore, their sincerity in glorifying the guests is pure. All will be treated equally. For them, guests are guests. It is not important whether or not they have any relationship with the guests.
Perhaps you still remember the story of fishing boats from Aceh who came to the middle of the sea to help the ships of the Rohingnya ethnic immigrant in May 2015? While, there was the news of the ban for Rohingya ships to enter the coastline of Aceh and other regions of Indonesia.
However, the Acehnese fishermen who saw that there were people who need help, they did not care about the prohibition of the Central Government. All the immigrant boats containing hundreds of people, the old, the young and even children were all helped for help.
The concern of these fishermen had become the headlines of hundreds of media in the world. All the media praised and wrote down the courage and sincerity of Aceh fishermen against Rohingyas.
Four female students from communication majors in Nanyang Technological University (NTU) Singapore are even amazed by the Acehnese noble attitude in honoring guests. They also made a documentary film about the Acehnese people who helped the Rohingya people who were evicted from Myanmar. The film was entitled Peumulia Jamee (glorifying guests).
According to news I read in Kompas.com, the four female students, namely Chiewy, Jade, Clarissa and Aileen.
"We read a lot from the media of how the Acehnese fishermen heroically helped these refugees in the middle of the sea and then took them to the mainland of Aceh. Here the other Acehnese people also received with a sense of kinship, welcomed, provided assistance and received them as the guests. The refugees are so glorified, "said Chiewy, one of the four students from Singapore was quoted as saying in Kompas.com on 12 December 2015 edition.
According to Chiewy, the Aceh fishermen's brave in assisting Rohingya refugees is part of the custom of peumulia jamee that grows and develops in the people of Aceh.
*INDONESIA*
Memuliakan Tamu, Kemuliaan dari Tanah Aceh
ACEH merupakan salah satu daerah di nusantara yang memiliki ciri khas dalam adat dan budaya yang kental. Hampir semua sisi kehidupan masyarakat di daerah yang terletak di ujung Pulau Sumatera ini, tak luput dari ikatan adat dan budaya.
Salah satu budaya masyarakat Aceh yang sangat mendunia adalah dalam hal memuliakan tamu. Barang kali Anda tidak sepakat, karena semua orang di daearh lain juga memuliakan tamu. Namun uniknya di masyarakat Aceh, memuliakan tamu dianggap sebagai bagian dari perintah agama, karena itu tak penting tamu yang datang itu orang yang mereka kenal, kerabat, saudara atau bukan.
Karena itu pula, keikhlasan mereka dalam memuliakan tamu tak kenal lapis. Semua akan diperlakukan sama. Bagi mereka, tamu tetap tamu. Ada atau tidak ikatan dengansi tamu, itu bukan hal penting.
Barang kali Anda masih ingat dengan cerita kapal-kapal nelayan dari Aceh yang datang ke tengah laut untuk membantu kapal-kapal imigran etnis Rohingya pada bulan Mei 2015 lalu?. Padahal ketika itu, di media marak berita tentang larangan bagi kapal-kapal Rohingya untuk memasuki garis pantai Aceh dan wilayah lain Indonesia.
Namun oleh nelayan Aceh, ketika mereka melihat ada orang-orang yang membutuhkan bantuan, mereka pun tak peduli para larangan Pemerintah Pusat. Semua kapal imigran yang berisikan ratusan orang, tua, muda dan bahkan anak-anak, semua ditolong untuk kemudian diberikan bantuan.
Kepedulian para nelayan ini sempat menjadi headline seratusan media di dunia. Semua media memuji dan menuliskan keberanian dan ketulusan nelayan Aceh terhadap Rohingya.
Empat mahasiswi jurusan Komunikasi, Nanyang Technological University (NTU) Singapura bahkan sangat terpukau dengan sikap mulia masyarakat Aceh dalam memuliakan tamu. Mereka pun membuat sebuah film dokumenter tentang masyarakat Aceh yang membantu warga etnis Rohingya yang terusir dari Myanmar. Film itu diberi judul Peumulia Jamee (memuliakan tamu).
Menurut berita yang saya baca di Kompas.com, keempat mahasiswi itu, yakni Chiewy, Jade, Clarissa dan Aileen.
“Kami banyak membaca dari media bagaimana nelayan Aceh dengan heroiknya menolong para pengungsi ini di tengah laut dan kemudian membawanya ke daratan Aceh. Di sini masyarakat Aceh lainnya juga menerima dengan penuh rasa kekeluargaan, menyambut, memberikan bantuan dan menerima mereka layaknya tamu. Para pengungsi begitu dimuliakan,” kata Chiewy, salah satu dari empat mahasiswi asal Singapura itu seperti dikutip Kompas.com edisi 12 Desember 2015.
Menurut Chiewy, keheroikan nelayan Aceh dalam membantu pengungsi Rohingya tersebut merupakan bagian dari adat peumulia jamee yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat Aceh.
SALAM KOMUNITAS STEEMIT INDONESIA
You are doing a Great Heroic Job helping the Refugees of Rohingya...They have been denied their homeland and faced horrific assaults from the Myanmar Army. Neighbouring countries like India pushed them out of their country after 1 year. There are heart wrenching stories about the people of Rohingya and their Children.
r8
Adat yang sangat mulia, memuliakan tamu adalah sunnah nabi.
Sukses bg @aiqabrago
Pemulia.jamee ranub lam puan, .mulia rakan mameh suara..kebit kebit beu tasayang adat ngen reusam beu tatem.jaga. salam sukses @aiqabrago dan salam KSI
Aceh memang kental dengan budaya pemulia jame,
Dan aceh juga masih sangat perduli terhadap orang yang sedang membutuhkan. Contohnya seorang yang meminta sedekah msh banyak yang memberi.
perfect
Film Aceh baro nyeh
Aceh tidak memandang ras dalam hal menolong sesama manusia karena itu telah menjadi budaya aceh yang telah mendunia walaupun ada larangan dari perintah indinesia, tapi masyarakat Aceh tetap menolong dan membantu dengan ikhlas. Ini adalah Postingan yang sangat menarik dari @aiqabrago
favourite , Thank you very much1! I'm starting to read it now. I wish you continued success. I will continue to follow you. Take care of yourself, my dear friend.
nice
#SaveRohingya
postingan yang bagus kawan,sukses selalu..
Postingan yang sangat menarik dan mengingatkan kita semua betapa budaya dan adat istiadat Aceh harus selalu dijaga serta diwariskan kepada generasi muda. Salam hormat @aiqabrago. Salam Komunitas Steemit Indonesia (KSI).
assalamualaikum @aiqabrago, setelah saya membaca postingan ini, saya merasa bangga terlahir diAceh, thanks for share @aiqabrago
Keren bang, film atawa koleksi pribadi ini kanda?
meuyoe patah tameeh meulasah,,
jeut tagantoe ngoen awee lilen,,,
adat yang kana beugoet tapapah,,,
leupah payah bak tamita laen,,,
saleum @aiqabrago...
Adat bak poe teumeureuhom, hukom bak Syiah Kuala
Qanun bak putroe phang, reusam bak laksamana.
Begitulah kira2 pondasi dasar masyarakat Aceh. .
Aceh nanggroe keunabah indatu tajaga beugeut wahe rakan lon.
Upvote lon beh baroe mulai nyoe..
Hats off to you!! I love to see this compassionate action.
Emang mas kita harus membudyakan tali persaudraan dalam adat istiadat kita sebagai mnusia sosial harus memuliakan adat adat aceh karena tidak menyalahi dg huknm agama walaupun dg hukun negara postingan ini sangat berati buat kami bangsa aceh good jom mas @aiqabrago
postingan yang sangat menarik dan banga menjadi aceh
memuliakan tamu adalah kewajiban setiap umat IslamAssalamualaikum bang @aiqabrago
nice one
Inilah identitas budaya kita yang telah disatukan dengan nilai-nilai agama islam..., kita generasi penerus harus mempertahankan sikap dan perilaku kuta sebagai sebuah identitas kita masyarakat aceh..., great post @aiqabrago
Video the light of Aceh selalu menggetarkan jika diputar ulang
Superb
Aceh is the best.....
Thank for your information....
Success is always for you @aiqabrago.....
berkaitan dengan pengungsi juga ada Prinsip non-refoulement adalah larangan suatu negara untuk menolak, mengembalikan, atau mengirimkan pengungsi ke suatu wilayah tempat dimana dia akan berhadapan dengan hal-hal yang dapat membahayakan hidupnya seperti penganiayaan, pembunuhan dan sebagainya karena alasan-alasan yang berkaitan dengan ras, agama, kebangsaan, keanggotaan dalam sebuah organisasi sosial tertentu, atau karena keyakinan politiknya. Prinsip non-refoulement merupakan dasar penting dalam sistem perlindungan internasional bagi pengungsi dan pencari suaka yang diresmikan dan dipernyatakan dalam berbagai instrumen hukum internasional dan nasional. Prinsip non-refoulement merupakan hal yang sangat penting bagi perlindungan hak asasi manusia, seperti dalam perlindungan pengungsi dan pencari suaka yang mencari tempat aman untuk melindungkan diri dari daerah konflik dan hal-hal yang dapat mengancam keselamatan mereka.
Pada dasarnya, prinsip non-refoulement mewajibkan ketika terjadinya pengungsian massal yang disebabkan oleh sebuah konflik, negara-negara yang sanggup untuk menampung korban perang wajib memberikan tempat aman bagi para pengungsi dan dilarang untuk mengusir atau mengembalikan mereka ke tempat asal mereka dimana bahaya dapat ditemukan. Prinsip non-refoulement, prinsip yang paling mendasar bagi keseluruhan sistem hukum pengungsi internasional ini dibahas lebih secara jelas dalam Pasal 33 Konvensi Jenewa 1951 tentang Status Pengungsi Internasional (1951 Geneva Convention Relating to the status of Refugees).
berkaitan dengan pengungsi juga ada Prinsip non-refoulement adalah larangan suatu negara untuk menolak, mengembalikan, atau mengirimkan pengungsi ke suatu wilayah tempat dimana dia akan berhadapan dengan hal-hal yang dapat membahayakan hidupnya seperti penganiayaan, pembunuhan dan sebagainya karena alasan-alasan yang berkaitan dengan ras, agama, kebangsaan, keanggotaan dalam sebuah organisasi sosial tertentu, atau karena keyakinan politiknya. Prinsip non-refoulement merupakan dasar penting dalam sistem perlindungan internasional bagi pengungsi dan pencari suaka yang diresmikan dan dipernyatakan dalam berbagai instrumen hukum internasional dan nasional. Prinsip non-refoulement merupakan hal yang sangat penting bagi perlindungan hak asasi manusia, seperti dalam perlindungan pengungsi dan pencari suaka yang mencari tempat aman untuk melindungkan diri dari daerah konflik dan hal-hal yang dapat mengancam keselamatan mereka.
Pada dasarnya, prinsip non-refoulement mewajibkan ketika terjadinya pengungsian massal yang disebabkan oleh sebuah konflik, negara-negara yang sanggup untuk menampung korban perang wajib memberikan tempat aman bagi para pengungsi dan dilarang untuk mengusir atau mengembalikan mereka ke tempat asal mereka dimana bahaya dapat ditemukan. Prinsip non-refoulement, prinsip yang paling mendasar bagi keseluruhan sistem hukum pengungsi internasional ini dibahas lebih secara jelas dalam Pasal 33 Konvensi Jenewa 1951 tentang Status Pengungsi Internasional (1951 Geneva Convention Relating to the status of Refugees).
Aceh memang sangat khusus menurut pendapat saya pribadi. Aceh seperti kompas bagi Indonesia, apapun yang terjadi di Aceh memberikan pengaruh terhadap seluruh wilayah Indonesia.
Really I like your post.
it is so informative post.
...............................
Congratulations! Posting anda masuk peringkat 4 kategori Tulisan Dengan Bayaran Terbanyak, di 10 Besar Tulisan Hari Ini di https://steemit.com/peringkat/@puncakbukit/10-besar-tulisan-hari-ini-jumat-27-oktober-2017 ..