Biaya kuliah di Jerman

in #indonesia7 years ago (edited)

Hallo sobat Steemians... apa kabar?


Lama saya nggak nongol ya, maklum si kecil lagi kurang sehat jadi maunya nempel terus sama ibunya, absen blogging deh. ^_^

Ok langsung aja ya...



Sumber untuk foto: https://pixabay.com/photo-451289/

Selama ini saya sering mendapat pertanyaan melalui “private message” tentang biaya yang dibutuhkan untuk sekolah dan hidup di Jerman, juga apakah benar sekolah di Jerman itu gratis. Ini pertanyaan yang jawabannya gampang-gampang susah ya.
Karena biaya hidup itu selalu relatif tergantung standar kualitas hidup yang dituntut oleh masing-masing orang dan juga dimana mereka tinggal. Tidak semua negara bagian level UMR nya sama, sehingga level biaya hidupnya pun pasti saling menyesuaikan.
Tapi ok-lah saya akan coba kasih gambaran perhitungan kasar dengan standar hidup yang cukup “modest” bin sederhana di negara bagian yang nggak tergolong kaya alias ngga mahal biaya hidupnya.
Biaya Visa dan segala tetek bengek selama masih di Indonesia ngga saya masukkan, karena itu baru relevan kalau keputusan sudah diambil bahwa kuliah di Jerman memang tetap jadi pilihan ^_^.
Saya cuma cantumkan kebutuhan kasar untuk bisa menjalani hidup sebagai mahasiswa di Jerman ya hehehe.
So… yang dibutuhkan adalah kurang lebih sebagai berikut:

  1. Jaminan finansial untuk visa studi
    Saat ini jumlahnya ada di kisaran 8700€ dan rekening tersebut harus diblokir dengan kemungkinan tarik tunai maksimal 720€ (tahun lalu) per bulan. Jika kuliah di Jerman dengan bantuan beasiswa, maka akan dibutuhkan bukti tertulis besarnya beasiswa yang didapat per tahun-nya, sehingga jika ada selisih dimana nilai beasiswa masih dibawah nilai jaminan yang diminta, maka selisih tersebut harus ditutup dengan bukti finansial lain seperti seperti yang standar diminta tadi.
    Jumlah ini “teoretis” harus kembali utuh setiap kali si pelajar ingin memperpanjang visa studinya. Hanya saja, pada prakteknya bukti “print out account” tidak selalu diminta lagi saat proses perpanjangan, jika yang bersangkutan beruntung ketemu dengan staff imigrasi di Jerman yang ngga terlalu “strict”.
    Karena ada kriteria lain yang jauh lebih penting, yaitu “Immatrikulationsbescheinigung” (tanda bukti kita masih berstatus mahasiswa atau bukti lain yang “adequate”) serta kadang akan dimintai surat keterangan dari Universitas jika si mahasiswa udah kuliah terlalu lama tanpa ada perkembangan positif terkait proses studinya (statusnya jadi cenderung mencurigakan, entah berpotensi DO atau “fake student” dan jadi tenaga kerja ilegal misalnya). Hal ini kalau staff imigrasinya disiplin bisa menjadi sandungan yang jauh lebih serius daripada duit.
  2. Semesterbeitrag
    Kuliah di Jerman saat ini memang benar tidak ada “Tuition Fee“, setidaknya berlaku untuk jurusan yang tergolong normal dan bukan di universitas “pure” swasta yang tidak mendapatkan suntikan dana sama sekali dari negara. Kalau pengen kuliah jadi pilot misalnya, tentu saja “policy tuition free” ini tidak lagi berlaku, karena pendidikan pilot itu istimewa dan mahal hehehe.
    Di Perguruan Tinggi tempat saya kuliah tempo hari biayanya 69.900€ untuk 6 semester, jadi level Bachelor (harus dibayar dimuka semuanya, atau uang muka 50.000€ dan sisanya dibayar per bulan 1.800€ bisa), kerjasamanya dengan Lufthansa.
    Itu cuma satu contoh, tentu ada jurusan-jurusan “istimewa” lainnya yang jelas tidak gratis seperti iklan hehehe.
    Selain itu sekalipun kuliah di kampus yang ngga meminta “tuition fee”, tapi masih ada aspek biaya yang “seringnya” ngga di ceritakan dalam iklan ataupun promosi nya para agen pendidikan hehe. Yaitu “Semesterbeitrag”.
    Ini adalah biaya administrasi plus hak untuk bisa menikmati setiap transportasi publik yang beroperasi di Bundesland dimana Universitas terkait berada.
    Semakin besar wilayah “Bundesland“-nya dan makin variatif jenis transportasi publiknya, serta semakin banyak fasilitas yang di “cover” oleh kartu mahasiswanya, sudah tentu “Semesterbeitrag” semakin tinggi. Yang mana biaya ini tidak bisa dihindari, jadi punya mobil dan ngga suka naik bus pun nggak ngaruh. Tetep Semesterbeitrag harus bayar karena sistemnya subsidi silang, supaya perusahaan transportasi bisa tetap menyediakan tiket untuk pelajar dengan murah.
    Jadi andaikata masih menerapkan “tuition fee” ya berarti biayanya “Studiengebühren alias tuition fee + Semesterbeitrag“.
    Di beberapa Universitas tertentu di Bundesland tertentu ada yang Kartu Mahasiswa nya juga sekaligus bisa dipake sebagai Kultur-Ticket alias bisa gratis masuk ke museum dan semacamnya. Ini berlaku sepanjang semester, jadi sebenarnya tergolong murah banget kalau dibandingkan yang harus dibayar oleh orang dewasa non student untuk menikmati fasilitas-fasilitas yang sama.
    Bandingkan saja, Semesterbeitrag saya yang terakhir 195€ berlaku 6 bulan dan untuk seluruh Saarland, sementara suamiku cuma untuk area nomor 111 (dalam kota saja) udah kena ca. 57€ per bulan atau jika ambil kontrak setahun jatuhnya perbulan ca.48€.
    Makanya jadi mahasiswa itu enak, karena itu saya suka keluyuran sendirian suami ditinggal dirumah wkwkwkwkwk (pengennya kuliah aja terus hahahahaha).
    “Rate” Semesterbeitrag di Jerman (untuk saat ini) kalau diambil nilai rata-rata ada di kisaran 250€.
    Bagi pengunjung blog saya yang baru dan ingin membaca lebih detail tentang Semesterbeitrag bisa klik link ini untuk nengok tulisan saya beberapa bulan lalu.
    Pengecualian penting, di Baden Württemberg sejak winter semester 2017/2018 menerapkan biaya kuliah per semester senilai 1500€ bagi mahasiswa asing WN non-EU.
  3. Asuransi kesehatan
    Setiap orang yang berdomisili di Jerman wajib dicover asuransi. Biaya premi untuk pelajar variatif, tapi rata-rata ada dikisaran 80€/bulan.
  4. Biaya kos/kontrak kamar
    Tergantung tinggalnya dimana dulu dong… di München yang kota mahal atau di Saarland yang miskin hehe? Begitu juga lokasinya, didesa atau dikota.
    Tapi kalau diambil rata-rata, selama bisa mendapatkan tempat di “Studentenwohnheim” (dormitory for students) biayanya untuk kamar terkecil 210€, dengan “Kaution” (uang jaminan kontrak) mulai dari 390€-450€. Itu biaya listrik, air, sampah dkk belum termasuk. Kalau inklusif ya bisa mulai 323€-an paling murah.
    Kalau bisa/mau tinggal di WG alias “home sharing” ya bisa lebih murah lagi sedikit. Kalau mau tinggal sendiri di single apartment biaya sewa termurah rata2 ada dilevel 280-360-an €/bulan, kamarnya kecil tentu aja (apartemen studio).
  5. Biaya makan…
    Ini sangat relatif… boros atau tidak, dan memperhatikan kualitas atau nggak, suka masak atau tidak. Tapi untuk perhitungan kasar bisa lah dianggap 150-200€ / bulan cukup
  6. Alat tulis, fotokopi, print dsb… ca. 33 € /bulan (di kampus aku setiap semester mendapat 300 lembar print gratis di lab computer jadi ngga sampai segitu sih pengeluaran saya untuk pos ini.
    Paper dan assignment saya kirim dalam bentuk Pdf dan kalaupun butuh cetak ya nggak banyak, karena itu saya ngga ngeluarin banyak duit untuk pos ini, tapi fasilitas cetak gratis ini belum tentu ada disetiap kampus.
  7. Internet, telepon, GEZ ca. 35 € /bulan
  8. Baju, sport dan hiburan…ini sangat relatif… “set your own budget” hehehe.
    Tapi di universitas ada banyak “fasilitas sport” yang sebagian besar bisa dinikmati gratis oleh mahasiswa, termasuk aerobik ataupun zumba.
    Yang harus bayar itu biasanya yang “special offer” hingga kampus mesti bayar tutor profesional dari luar, seperti misalnya: latin dance, tari perut, taichi dan lain-lain yang eksotis gitu deh.
    Tapi itupun nggak begitu mahal, karena tiket berlaku per-semester. Aku dulu ikut latin dance per orang bayar 24 € berlaku 1 semester, sangat murah tuh.
    (Perkiraan kasar dari forum student pos ini kurleb butuh ca. 61€/bulan)
    Nah, silahkan dihitung sendiri aja berdasarkan info dari saya diatas, berapa budget yang dibutuhkan menurut standar dan gaya hidup masing-masing (apakah anda perokok, suka minum bir, hobi clubbing atau tidak juga mempengaruhi jumlah pengeluaran soalnya :-D. Rokok itu kan membakar duit, makin banyak ngerokoknya, pengeluaran makin banyak.
    Bayangin aja lah, satu pak rokok ca. 5,60€ kalau seminggu 2 pak aja berapa coba sebulannya, padahal bisa jadi lebih kan kalau udah perokok berat. By the way, dari 5,60 € itu pajaknya 3,97€ jadi lebih mahalan pajaknya daripada nilai rokoknya hehehe. Masih mau merokok?!?)
    Kalau diestimasi dengan kasar dan diambil rata-rata saja dari kebutuhan hidup mahasiswa dengan gaya hidup yang cukup "modest" alias nggak macem-macem, maka budget yang dibutuhkan per-bulan saat ini ada dikisaran 850€. Karena itu jaminan finansial yang diminta untuk visa jumlahnya dengan realita kebutuhan minimal yang mungkin dijalani cuma beda-beda tipis lah.
    Nah, monggo di pertimbangkan sendiri kira-kira bisa ditanggung atau nggak.
    Tentu ada kemungkinan kerja sambilan (tentang ini bisa dibaca lebih lengkap di artikel saya disini), tapi saran saya jangan dijadikan tulang punggung untuk biaya studi di Jerman.
    Kenapa? Karena sekolah di Jerman itu susah, dan potensi DO itu ngga kecil.
    Kuota kelulusan dari Universitas di Jerman per tahunnya (berlaku general bagi seluruh mahasiswa, termasuk warga negara setempat) rata-ratanya ada di kisaran 30%. Banyak yang gonta-ganti jurusan tapi banyak juga yang DO.

Gonta-ganti jurusan ini untuk orang asing juga sudah merupakan problem tersendiri terkait visa, ngga ada garansi diperpanjang kalau keseringan soalnya ^_^.
Sejauh yang saya ingat bahkan ada aturan tertentu lagi tentang transfer jurusan ini terkait masalah visa.
Karena itu, kalau ngga bener-bener pinteeer baik secara kognitif maupun pinter dalam me-manage waktu dan proses kuliah-nya, bisa jadi ya malah berantakan… gagal deh, karena kebanyakan kerjanya daripada belajar-nya (tidak jarang anak-anak yang kerja melanggar aturan batas yang diijinkan soalnya).
Perlu di ingat: melanggar aturan bagai pemilik PR atau WN Jerman tidak seram efeknya, paling-paling cuma kena pajak saja, tapi kalau bagi pemegang visa studi ya bisa cukup “hitam” prospeknya kalau sampai ketahuan.
Karena itu… paling aman tetap memperhitungkan biaya diatas bisa di penuhi oleh ortu masing-masing, karena tugas utama pelajar tetap adalah untuk belajar.
Kerja sebaiknya cuma di jadikana “pasokan tambahan” saja.

Semoga membantu dan sampai jumpa lagi di artikel berikutnya! ;-)



Sumber untuk foto: https://pixabay.com/photo-1390785/
Sumber informasi tambahan (bahasa jerman):
1. https://www.study-in.de/pp_studyinde/de/studium-planen/voraussetzungen/8000-euro-fuer-ein-jahr_27533.php
2. https://www.study-in.de/de/aufenthalt-planen/geld-und-kosten/lebenshaltungskosten_28220.php
Sort:  

wah harus mikir 10 x kalau mau kuliah dsana , thanks for sharing mbak :D

Sama sama, swmoga ada yg butuh dsn terbantu hehe.

Kayaknya biaya segitu bisa langsung buat buka usaha mbak @kobold-djawa

Buat yang kemampuannya pas-pasan, sayang banget kuliah mahal2 kalau ujung-ujungnya malah jadi pengangguran..

Mending pikir masak-masak kalau mau kuliah di luar negeri

Btw terima kasih banyak atas informasi yang bermanfaat ini mbak @kobold-djawa

Hahahaa iya betul, cuma jiwa entrepreneur ngga ada pada swmua orang.
Dan kalau mau diitung2... Kuliah di Indonesia xg universitasnya bagusan dikit, biaya totalnya jauh lebih mahal dsripada disini.
Di Jakarta misalnya, jangankan Uni, masuk TK aja uang gedung dan seragamnya mahal banget.

Sekolah di Jerman, memang menarik terlebih Saya banyak mendengarkan cerita langsung dari teman Saya yang pernah hidup di Sana selama 18 tahun. Dia Sekolah sambil mengambil kerja part time bahkan sangat menikmati nya.
Apalagi di sekolah disana ketika Jerman masih terpisah menjadi Jerman Timur Dan Barat.
Sangat menarik apalagi mendengar budaya orang Jerman yang serba teratur, sistim kurikulum sekolah yang terarah, pengkaderan Mahasiswa yang berminat dalam partai politik yang dilakukan secara matang. Sangat menarik ketika mendengarkan cerita para Mahasiswa yang walau berbeda-beda haluan Dan pandangan masih saling menghargai. Kehidupan yang serba teratur, sistim birokrasi yang efektif. Banyak sekali Saya mendengarkan cerita menarik mengenai Jerman dari teman Saya.
Bahkan kakaknya sekarang sudah menjadi WN Jerman. :)
Tapi Satu hal yang bikin teman Saya jenuh kalau bekerja di pabrik waktu di Jerman, "Waduh, Saya bekerja di bagian packing, kerjanya kayak robot. Nggak berhenti, istirahat waktu makan sing, terus lanjut sampai jam bekerja selesai!".
Akhirnya beliau pindah bekerja menjadi part time di restoran China, menjadi waitress, ya dia menikmati kerjaan itu.
Ada Satu cerita berkesan dari dia,"Kalau libur, ya libur. Kalau Kita malah utak-atik kerjaan waktu libur malah orang Jerman bingung lihatin kita, kok kerja waktu libur...ha..ha!".

Iya betul...disini jam kerja ya kerja, istirahat ya istirahat. Ngecarge hape di kantor bs jd alasan pemecatan tanpa deadline tanpa syarat,krn itu pencurian strom. Weekend jg saatnya istirahat, ngga ada acara lembur paksaan bahkan tanpa balas jasa seperti di Asia pada umumnya.

posting sangat bermanfaat bagi pelajar Indonesia yang mau meneruskan pendidikan di German, Mantab mabak...lanjut.

i dont know what is about the post bc i dont understand the languages ... so ..just upvote..this post.

@kobold-djawa Terima kasih atas informasi penting ini. Terus terang kami menghargai usaha Anda dalam menulis semua ini. Layak penghargaan dan rasa hormat ♥♥
#resrem your post

By the way, the upvote button is placed directly under the article (I don't mean the one under your own comment...). :)

@jaki01 I have steempower not worth anything so I've shared Published in my account. For others to vote on.
I'm sorry to snoop :(

Obviously your steem power was worth enough to upvote your own comment ... Many newbies simply don't understand that it's worth to upvote others instead themselves only: apart from getting curation reward there are some chances to receive upvotes in return. For example I upvoted you now (after you upvoted the article of @kobold-djawa), and even if I only used 1 % of my steem power you got 18 cents (imagine how many self-votes you had to do to get this amount ...).
Every upvote has at least a symbolic value, and why should anybody still make the effort to write high quality articles (and thus making Steemit interesting for potential investors) if anyway everybody only upvotes himself only?

That's very true @jaki01 😊

OK, found it. :)

Hidup tidak begitu mudah di jerman tapi jauh lebih mudah daripada di negara lain.
Dalam topik sekolah jerman sangat murah hati dan sangat menawan datang.
Banyak siswa di Jerman dibantu dengan pendanaan negara dan saya berharap seseorang yang benar-benar ingin belajar di Jerman, kemungkinan juga akan tercapai.

Iya lama sekali absennya... Berarti Hidup di negeri orang butuh perjuangan bgt ya kak, sampai biaya pendidikannya pun hrs diperhitungkan kan, kl tidak cm buang2 duit sj ya kak... 🙂

Saya rasa sih dimana mana semua harus diperhitungkan,di indonesia juga kalau ngga serius sama aja buang2 duit. Kuliah di Indonesia juga ngga murah. Mesti bayar tuition fee nya juga ngga murah, ada uang gedung pula.. Biaya masuk kan mahal juga itu. Utk kedokteran aja sy dengar ratusan juta. Cuma utk sekedar masuk. Disini ngga ada itu ongkos gituan, asal nilai nya memenuhi syarat ya masuk. Yg mahal biaya hidup. Jaminan rekening kan pada dasarnya buat biaya hidup sendjri juga,bukannya diminta pemerintah. Kalau di US lha itu mahal bener sekolahnya, tapi ngga pinter jg asal bisa bayar disana akan ttp ada college yg bs nampung hehe. Kecuali mau masuk Uni bergengsi, nah iYu baru kalau otak ngga nyampe ngga bakal masuk. Disini semua pake nilai, asal jurusan yg diambil bukan jurusan yg antik2 aja sih. Tapi jurusan antik juga ngapain jauh2 kesini. Sama aja ntar susah nyari kerjaannya hehe. Kalau Ke Jerman mah idealnya ambilnya ya bidang MINT /STEM.

Infonya menarik Mbak..

dulu ada sodaraku juga yang kuliah disana, kuliahnya di kota tapi dia tinggalnya di pinggiran.. katanya lebih murah daripada di kota..

Iya, asal rajin dan mau sengsara aja sih hehe.. Kalau terlalu jauh jaraknya bs ribet juga, terutama kalau winter dan saljunya tebel atau bahkan sampe beku. Jalan
licin, bus belum tentu jalan ke daerah dalam kondisi gini, rawan kecelakaan.
Dan ngga setiap wilayah punya subway atau trem yang rutenya sampe ke Uni. Didaerahku misalnya ke Uni kendsraan umum yg lewat cm bus. Kalau sampe ngga jalan dan Winter ada kuliah sampe malem ya sengsara.

Betul Mbak.. katanya memang butuh perjuangan ekstra waktu dia kuliah..

Wah mbak terimakasih informasinya detail sekali, saya juga sebelumnya sering mengikuti vlog gita savitri tntg kehidupan kuliahnya di jerman, ternyata gak jauh beda dengan apa yg mbak jelaskan 😄. Semangat mbak kuliahnya 💪

Sekarang sih saya udah selesai... Untungnya hahaha.

Ternyata banyak juga biaya ini-itu yang harus di fikirkan sebelum melangkah untuk belajar di jerman, terima kasih @kobold-djawa ini bisa menjadi pertimbangan bagi yang mau melanjutkan study nya di jerman.

wow....biaya yang sangat mahal bila dibandingkan dengan di indonesia,tetapi kualitas lulusan luar negeri khususnya di jerman memang sangat jauh berbeda.

Dibandingkan hidup di Jakarta bedanya ngga jauh mas hehe. Soal kualitas, tergantung orangnya juga. Tapi minimal yg udsh kena tempaan hidup dirantau seberang lautan, yg jelas akan jauh lebih mandiri daripada yg selalu ada narik baju mami hahahahahaha.

wah harus mikir 10 x kalau mau kuliah dsana. up vote resteem.

dalam lima tahun terakhir, cukup banyak bea siswa yang ditawarkan oleh pemerintah Jerman kepada calon dan dosen di Indonesia.

Proposalnya dan seleksi oleh Dikti.Tapi saya tidak tau apakah program itu masih berhjalan atau sudah habis.

Kabarnya, itu seh hibah pemerintah Jerman untuk hutang pemerintah Indonesia.

Maksudnya begini : Pemerintah Indoensia bayar uatng kepada pemerintah Jerman. Nah, uang bayar hutang tersebut dikembalikan lagi kepada Indonesia dengan cara memberi bea siswa untuk calon dosen dan dosen di pelbagai universitas Di Indonesia. Karena bea siswa untuk program pasa sarjana, maka bea siswa diberikan selama tiga.

Sekali lagi, saya tidak rau apakah program itu masih ada atau sudah berakhir.

Itu cuma salah satu project sja, program beasiswa dgn dasar G2G agreement. Masih banyak peluang lain kalau mau yg ngga selalu dr pemerintah, cm biasamya mmg utk s2 dan S3. Ada project GiZ contohnya. Liat2 aja ke DAAD, di website nya biasanya banyak info pemdidikan yg menarik.

iya. terimakasih kak @kobold-djawa

Hai kak @kobold-djawa, salam kenal saya steemian baru dari Aceh yang sebenarnya juga punya cita-cita kuliah diluar, tapi keterbatasan menguasai bahasa Asing. Lumayan juga ya paparannya masalah biaya kak, ya kalo takut lapar dan sebagainya kayaknya yang mau kuliah di Jerman bener-bener harus mikir ulang lagi deh.. hehee.

Hahaha.... Ngumpulin steem dulu yang banyak

Wah..banyak sekali syarat untuk kuliah disana kak..biayanya pun tidak sedikit.tetapi itu sebanding dengan ilmu yang akan didapat disana..sukses terus kak..

Terimakasih dan sama sama

ilmu itu mahal, walau pun kita kuliah di jerman mahal yang pentin kita sukses apa yang kita impikan, uang itu gak ada harga kalau kita betul betul ingin cari ilmu, ilmu itu lebih berharga dari pada uang.. terima kasih temanku @kobold-djawa sudah berbagi informasi dari anda di jerman, semoga sukses selalu @kobold-djawa

Sama-sama. Ilmu ngga akan ilang dan kedaluarsa..

useful information about qualification in Germany .. thanks
and about Bundesland , do you go to there? and what about it's rank? do you know?

Nice post 👍mba @kobold-jawa terima kasih informasinya sangat brmanfaat, meski kuliah dluar negeri mahal tpi saya yakin hasil pencapaiannya pasti bagus, tpi smua trgantung isi dompet, kuliah dnegeri sndripun tak masalah

Dimana saja yg penting serius nggak asal asalan dan ngga cuma ikut-ikutan atau demi gengsi aja hehe. Karena kalau yg begitu motif nya dijamin ngga akan tahan lama disini.

Gimana kabarnya si dede mb,..misalkan saya sekolah keluar negri,saya pasti bingung sama bahasanya,pasti ga semuanya bisa fasih berbahasa inggriskan...di jerman banyak orang indonesia ga mb??

Sudah mendingan tapi masih batuk dan pilek ,minimal dah ngga demam dan lemes lagi.
Na ja...kalau dah ada rencsna mau kuliah di LN tentunya kemampuan bahasa sudsh harus disiapkan dong. Kursus pastinya dah harus dijalani dgn intensif dong. Kalau ngga ya jangan ke LN hehe.

😀😀betul mb,bingung sm bahasa,kl anak sakit tuh rasanya ky gimana gitu ya mb..syukur alhamdulilah kalau sudah baikan..

Hidup di negeri orang memang enggak mudah ya mbak. Thanks for sharing.

i think your post is very excellent, its good job , well thanks for sharing

Assalamualaikum ...mbak @kobold-djawa :) salam kenal dan sukses selalu dari saya di Aceh..:) saya telah berkunjung ke blog anda...

Apa kabar?

with the cost of an expensive and technologically very currency being so small.
What makes you termotifasi to lecture there, like the mna was first step on right foot to it. .. what you feel ... can I know the life story of yours in there and you get sanpai life partner there with @jaki01.

and I apologize if I call your husband's name with the call jaki01. because I do not know his full name,, I am proud to be able to give you a motifasi for us, I say thank you.

Kalau mau pakai bahasa Inggris ya pake yang utuh, kalau ngga mending pakai bahasa indonesia saja yang benar. Jangan dicampur aduk setengah setengah, dan itupun kalimatnya ngga nyambung pula. Yang baca jadi ngga ngerti kamu mau ngomong apa mas. Bingung saya.

Kuliah sangat penting namun meski di pikirkan jurusan apa yang banyak di butuhkan.karna persaingan era ini persaingan sangat ketat, kadang mahasiswa ikut study saja namun praktek lapangan tidaklah bagus..very expensive kuliah disana yah mba..

Betul sekali...kemampuan kognitif dan ijazah akademis saja ngga cukup untuk bersaing di era global. Kecerdasan pragmatis dan kreatifitas serta disiplin itu sjauh lebih penting.

Just a amazing news .Thanks for that.

Hallo @kobold-djawa saya tidak menyangka anda orang indonesia 😂😂

Wahh hebat ya bisa kuliah di jerman.. 😊 Good luck ya kk.. 😊