Disclaimer: Ketikan ini berisi perspektif lelaki, bagi kaum Mamakku, silahkan balik saja sudut pandang kalian untuk mengkalibrasi konteks.
Cobalah sesekali puasa di kota selain yang ada di Aceh. Lilitan 3 garis di leher perempuan yang tengah bertunik bulir peluh, lingkar betis lengkap dengan pori halus yang menunjukkan betapa bernyawa dan membangkit hasrat pemiliknya, kurva paha yang melenggang tanpa rasa berdosa dan vektor bokong perempuan yang melintas menjejakkan bayang pakaian-dalam bagian bawah berseliweran di mall akan menjadi penantang ibadah yang paling tersembunyi ini.
Belum lagi orang yang merokok dan makan di tempat umum. Ah… betapa beruntung mereka yang mengalami perpuasaan Ramadhan dalam situasi godaan iman nan menggedor isi cawat.
Mungkin benar kata seorang kawan yang sudah kulupa namanya, “Puasa di Aceh itu cocok untuk level anak SD!”
Aku sepakat karena langsung paham dengan maksudnya. Ya. Tentu saja soal tantangan yang ‘tak-seberapa-mana’ itu. Meski suasana spiritual dan relijius di Aceh telah berkurang sejak aku bisa mengingat, tantangan saat berpuasa makin menipis saja. Ibadahpun terasa hambar. Bayangkan, kita bertempur dengan lawan-tanding yang tak bermutu. Antagonis yang kita hadapi terlalu letoy untuk bisa meningkatkan daya-tarung iman.
Jadi, kualitas tantangan berpuasa di Aceh sungguh berada di bawah standard. Hambar dan membosankan. Bagi yang memiliki ketahanan syahwat di jenjang pemula sepertiku, tantangan berpuasa di Aceh adalah kabar baik. Namun, bagi orang sekelas PYM Bookrak, berpuasa di Aceh tentu akan menjemukan.
Beliau tentu gelisah dengan kemonotonan tantangan berpuasa di Banda Aceh. Paling-Paling pemandangan ekstrem orang tak berpuasa cuma beberapa kuli bangunan yang tanpa sengaja mengepulkan asap rokok dari bagian belakang tempat kerja mereka.
Apalagi untuk insan dengan maqam selevel Phantom yang sohor dengan ketahanan iman saat menghadapi lawan-jenis. Berpuasa di Aceh tentulah akan sungguh menjemukan. Mesti ada sesosok perempuan yang bohay-semlohay yang tampil semenantang isi lagu Suit… Suit… Hehe… milik Slank untuk meningkatkan kualitas ibadahnya.
Aku tak bermaksud mengarahkan imaji ini supaya Aceh berhias perempuan dengan pakaian laksana bungkus timphan. Bukan begitu...
Imaji ini semata-mata ingin mengajak orang Aceh untuk berpuasa di Medan atau kota-kota lain di Indonesia yang memiliki tantangan terhadap segala hal yang mesti ditahan selama berpuasa untuk meningkatkan level ibadah. Ini bukan hal penting yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan seserius observasi dan kekesalan PYM Bookrak terhadap SetNov.
Semata-mata mengingatkan bahwa tak ada hebatnya berpuasa di Aceh dengan memamerkan aktivitas ibadah plus petualangan kuliner yang kerapkali cuma menambah panjang angka kemubaziran di bulan penuh berkah, rahmah dan maghfirah ini.
Selegit apapun rasa airtebu yang engkau minum, tak ‘kan meningkatkan kualitas ibadahmu. Cobalah sesekali beri’tikaf di mall non-Aceh merenungi betapa tiap kita masih mendamba kebangkitan sebentuk liar dari lubuk cawat yang paling dalam. Sebab, kata orang bijak, "Seorang Pelaut menjadi hebat bukan karena berlayar di kolam renang!"
Benar betul masalah godaan ini ? kalau di takengon ini cobalah duduk atau jalan jalan di seputaran Mie Cimis (Cina Miskin) bang.
Anjing betul isi tulisan ini!
Mari menikmati keanjingan ini bersama...
Yang ini berkali-kali lebih anjing. Entah dianya sempat baca. Cilaka!
Hahahahahaha...
Biarkan dia terkaing-kaing saat membaca.
Membayangkan dia terkaing-kaing, lagi-lagi ini lebih cilaka!
Hahahahahaha...
Bang diyus selalu hebat...
Filsuf dia orang, bang @albertjester. Ngeri betullll dianya. 😀😀😀
Taeeekkk...
Hehehehehehe...
Hahahahah....
Hahaha.... ga sanggup kita potong.. han ek ta koh gop nyan... salut
Jangan dipotong lah... digambar aja...
Orang hebat selalu minum tolak angin. Aku nggak hebat karena belum pernah minum tolak angin, Bro...
Masak orang hebat gampang masuk angin bang diyus.. hehehe....
Bukan begitu...
Justru aku sedang berangin sehingga tertunda jadi orang hebat.
Hahahahahaha...
Penasaran kali baca ini tulisan. Ahaaa...
Terimakasih sudah singgah. Kalau sudah singgah, silahkan duduk... cuma ada tikar sebagai alas dan segelas kopi panas bersama setangkup kesejukan Tanoh Gayo.
Aku termasuk manusia pengagum Gayo. Tanohnya yang beribu2 hektar tanaman kopi, adat dan budayanya yang tiada satu etnispun yang sanggup menandinginya. Hampir aku mati mendengarkan didong di singgasanaku. Ku taruh hormat dengan kepalaku untuk Gayo dan Masyarakatnya.
Salam dari Singkil bang
Sama, Bang... Aku juga pengagum Gayo, sebab Tamiang yang menjadi tanah kelahiranku ternyata kabupaten yang numpang di kebun sawit.
Ahaaa...takengon apa bukan Gayo juga bang. Hee.
Sekarang biarlah ku ganti saja. Aku pengagum Tamiang. 😁.
Aku sedikit tersinggung kalimat abang tentang sawit. Singkil juga banyak sawit. Tapi Bapak ku gak ada nanamnya. Katanya kita tak perlu hidup dari sawit. Bagaimnapun sawit dan kopi hnya beda tipis. Mngkin kemasan kopi yang menjadikan kopi nampak mahal.
Tamiang adalah tanah pertama yang dijajah sawit. Aku lahir di sana tetapi sekarang tinggal di Tanoh Gayo. Ungkapan "Tamiang adalah kabupaten yang menumpang di kebun sawit" adalah caraku untuk menampar diri sendiri. Sawit adalah kekalahan yang menyingkirkan Orang Tamiang.
Soal Singkil dan Subulussalam ada satu hal yang menarik perhatianku. Sebuah persembahan saat upacara melamar. Di kampungku disebut Pinang Telangke. Bisa Abang baca di artikel berikut:
Ungkapan Cinta Bernama Pinang Telangke.
Ternyata menurut Bang Hasbi Azhar, ada benda sejenis yang dikenal dalam prosesi adat lamaran di Singkil. Aku sudah tanya ke kawan yang berasal dari Singkil saat kami bertemu di Banda. Aku lupa namanya, kalau tak silap ada kata 'nago' (naga) dalam nama yang disebutkannya. Tolong beri informasi jika Abang tau mengenai benda tersebut, ya...
Oh itu bang. Kalau suku Singkil menamainya Belo Pepinangen. Hal ini memang wajib hukumnya dalam prosesi lamaran. Setelah ada sambutan hangat dari calon mempelai perempuan. Isi daripada belo pepinangen ini adalah sirih, kapur, pinang, gambir, dan cengkeh. Di bawa diatas ndulang/dalong penyebutan orang Singkil.
Bendanya memang sama persis dengan yang ada di gambar ini?
Aku belum paham betul apa yang mau abang tau. Peetanyaan abang belum mampu ku serap. Kadang aku lagi goblok. Khak...
Maksud abang benda yang seperti pinang telangke? Atau tepak sirih seperti yang ada dlm tulisan abang tsb?
Besok akan ku cari tahu bang ya. Pasti ku jawab. Besok tanya sama Bapak dulu. 😀
Yang aku tau, telangke dalam istilah suku Singkil itu adalah juru bicara pihak calon pengantin perempuan bang. Bukan benda melainkan orang. Namanya telangke.
Menggoda x ni tulisan..
Hati-Hati, Bang... jangan sampai batal puasa akibat tergoda.
Hahahahahaha...
Yok bg, puasa di tano batak :)
Ada rencana, meski sudah pernah. Ternyata level imanku belum mampu mengusir godaan. Aku menghadapinya dengan mengurung diri di kamar. Hahahahahaha...
Nanti kalau kondisi sudah mendukung, aku mencoba bertarung menguji iman ke sana sekali lagi.
Congratulations @sangdiyus! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of upvotes received
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
To support your work, I also upvoted your post!
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Foto perempuan sexy
Hahahahahahaha...
kuhanturkan salam berbentuk komentar dikolom yang disediakan ini
Kuucapkan terimakasih dalam bentuk komentar terhadap komentar yang engkau goreskan di postingan ini...