Betul, Bu.
Panjang sekali rantai niaga produk pertanian dari produsen ke konsumen. Semakin panjang, semakin banyak pengambil rente. Dalam studi yang dilakukan teman-teman, pada tata niaga beras di Jawa bisa mencapai 12 tingkat. Setiap tingkat ambil untung. Akhirnya konsumen mesti bayar tinggi walaupun produsen jual murah.
Masalah ini memang klasik di negara ini selama faktor geografis antara produsen dan konsumen belum dipecahkan, dan buruknya infrastruktur.
Mesti ada rintisan upaya-upaya membangun pasar persahabatan antara produsen dan konsumen sehingga bisa dicapai harga yang adil dan layak. Adil bagi petani, layak bagi pembeli.
Pada skala komunitas ini bisa dibangun.
Iya bang, untuk di Aceh sendiri saya pernah menyarankan hal ini kepada pimpinan sidang KAUKUS pembangunan berkelanjutan yang kebetulan merupakan wakil ketua DPRA untuk memutus rantai tataniaga, tapi hanya sebagai angin lalu saja sama mereka, makanya saat ini yang cuma bisa kita lakukan adalah memberi pemahaman tentang manajemen nya bang.
Yang mirisnya, ketika masih kuliah, saya melihat tomat-tomat dibiarkan saja di jalanan oleh para petani yang ada di Takengon akibat tidak ada pembeli. Padahal kualitasnya bagus.
Itu sebelum jalannya dibagusin, tapi sekarang sudah lumayan lah.. Jalanannya juga sudah bagus, tinggal pasar yang masih kurang.