Seseorang pernah berkata padaku, mengapa engkau pergi dari negri-mu yang begitu Indah nan tenang. Orang tersebut berkata lagi sebelum aku menjawab pertanyaan itu.
Mengapa engkau begitu sanggup pergi tanpa merindukan negeri yang telah membesarkan-mu hingga engkau dapat berjalan menuju negri orang lain.
Ia terus berkata dan bertanya sehingga aku tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut.
Tidakkah engkau lihat begitu eloknya negri ini, seperti Batang ubi kayu yang engkau lempar tempo lalu yang kamu tinggalkan sekarang telah tumbuh daun yang sangat Indah. Biji kacang buncis yang engkau lempar begitu saja sekarang telah berbuah dan bisa dipetik.
Masih kurangkah semua itu, apa yang kamu inginkan daru negri orang lain, apakah negri yang kamu tempati sekarang melebihi dari negri kita. Apakah negri mereka yang mereka lempar buncis dan yang tumbuh batangan emas dan mutiara.
Tutur Eko Purnama
Aku tidak dapat menjawab semua itu, bukan sebuah kesalahan atau keinginan saya untuk meninggalkan negri yang Indah itu.
Bukan saya yang sanggup, namun aku mengerti negri yang sangat Indah tersebut membutuhkan orang yang dapat menjaga dan mempertahankan keindahan dan keelokannya.
Mungkin negri orang tidak dapat atau bisa saja lebih dari negri kita, dan saya berupaya mencari bagaimanakah meraka dapat mempertahankan bahkan tak terusik sama sekali oleh para perusak.
Saya tidak sanggup meninggalkan negri saya namun saya akan lebih tidak sanggup melihat negri yang mati begitu saja dihadapan saya sendiri.
Jika saya gagal dalam hal tersebut, apa guna saya meninggalkan negri yang sudah kaya dengan keelokannya. Kita cukup menjaga dan semua itu harus mempunyai cara yang tepat karena semua itu sangat rentan emhhhh sekarang aja ada yang berencana merubah keindahan tersebut menjadi neraka bagi penghuninya.
Mari berjuang dan tidak salah jika ingin mencoba.
Bukan pengunguman bahwa saya lagi sedang berjuang
Karena bukan hanya saya saja yang sedang berjuang
Semua punya tujuan, demikian juga saya.
Ada anekdot dalam diri manusia, dari satu sisi pandangan antroposentis manusia merupaka pusat dari segala sesuatu, dimana apapun yang ada di dunia, termasuk alam adalah untuk umat manusia. Padahal dalam kenyataannya manusia adalah bagian dari sub bagian dari relasi yang lebih besar. Ketidak sadaran dengan hal ini mengubah sikap manusia menjadi makhluk yang kasar,rakus, dan tidak berperikemanusiaan. Alam dibabat, digali, di eksploitasi habis-habisan dan mereka suatu saat akan menuai hasil dari apa yang dia lakukan. Yah tunggu saja pemberontakan alam, yang nantinya akan berimbas sendiri dengan umat manusia.
Nice pos bang.
Lanjutkan karya, dah ku vote, follow dan komen.
Salut buat pemahaman bang @haridarmawan, terimakasih sudah berkunjung. Akan segera mampir juga bang.
Abang berlebihan nih,
Udah lama pengen singgah ke gayo tapi blm sempat-sempat. Pengenlah cicip kopi terbaik di Dunia .
Ditunggu kehadirannya kawan, dan akan dihidangkan secangkir kopi hangat buat @haridarmawan.
Saya suka dengan fotonya. Kern2...