Terima kasih pak dosen @bahtiarlangsa. Memang pada akhirnya pendidikan dalam keluarga memiliki perananan penting sekali karena kita tidak bisa hanya mengandalkan sekolah saja. Sebagai contoh tadi siang, baru saja ada guru yang dirpotes keras oleh orang tua murid hingga dilaporkan kepada kepala sekolah. Ternyata guru itu tidak salah, guru memberikan penjelasan baik-baik kepada anak yang sibuk memainkan jam barunya di kelas sehingga tidak fokus. Ibu guru itu berkata,"aduh jamnya bagus banget deh! Ibu juga mau. Tapi jangan dimainkan di kelas yah! Nanti saja di rumah."
Ternyata anak tersebut bercerita pada orangtuanya dan ditanggapi orang tua seolah-olah guru tersebut meminta jam tangan baru anaknya hingga heboh di sekolah. Kan ini salah banget!
Lalu guru yang membela anak yang dibully dan racism di sekolah, bisa kena tuduh bahwa guru tersebut tidak islami. Sementara sekolah itu tidak hanya untuk satu agama saja, ada murid lain yang tidak beragama Islam, dan bebas saja, namanya sekolah negeri. Bila ada murid yang dibully dan kena masalah rasicm, tentunya guru wajib membela dan tidak boleh ditentang.
Ini menjadi bukti kuat bahwa orang tua dan keluarga harus mengubah pola oikir dan perilaku di dalam mendidik anak, sebab anak akan meniru dan belajar banyak justru dari orang tua dan keluarga. Bukankah begitu pak dosen @bahtiarlangsa?
Terima kasih banyak, salam hangat dan sukses sellau juga.
Benar sekali buk @mariskalubis, ketika orang tua paham dengan peran dan tanggungjawab, maka tidak perlu saling mencari posisi untuk menuding siapa melakukan apa. Dengan menguatkan pendidikan karakter dalam keluarga, maka anak-anak kita akan belajar memahami sendiri kondisi objektif dari situasi sosial yang ada.
Jadi biarkan anak memahami dengan pandangan dan pemikirannya, namun kita mengawasi dan mengarahkan pada konsep yang sebenarnya.
Sepakat pak dosen @bahtiarlangsa. Semua harus sari diri sendiri.