Salah satu masalah yang paling sering menjadi kendala anak Indonesia ketika sekolah di luar negeri atau ketika harus berhadapan dalam kompetisi dalam karya adalah menulis. Bukan berarti kemudian kalah atau bodoh, tetapi karena tidak mampu menulis dengan baik dan benar, maka seringkali pada akhirnya tidak mendapatkan apresiasi dan penghargaan yang sepatutnya. Apalagi jika kemudian harus presentasi dan mempertanggungjawabkan semua hasil karya, riset dan penilitian, untuk menjawab pertanyaan essay pun banyak yang kebingungan. Padahal, semuanya pintar, rajin membaca, dan memiliki karya serta pemikiran yang luar biasa. Sayang, kan?!
Setiap hari anak-anak saya dan teman-temannya boleh menulis dan menggambar di rumah. Mereka bermain dengan tulisan dan warna-warni sejak kecil, dan sekarang di usia belia, menulis dan gambar menjadi kebutuhan mereka seperti makan dan minum.
Banyak orang tua dan guru di Indonesia kurang menyadari betapa pentingnya mengajarkan anak menulis. Bukan kemudian mengajarkan mereka untuk menjadi seorang penulis yang hebat, tetapi cukup mengajarkan mereka untuk mampu mengeluarkan isi hati, pendapat, serta menuangkan imajinasi mereka ke dalam bentuk tulisan. Hal ini akan sangat membantu anak untuk bisa menjadi seimbang penggunaan otak kiri dan kanan, sekaligus mengasah hati dan kepekaan mereka. Apalagi jika anak yang bermasalah dan introvet, menulis akan sangat membantu mereka dapat menyelesaikan masalah dengan dirinya sendiri.
Bukan hanya itu saja, menulis juga sebenarnya mengajarkan anak untuk memiliki struktur dan pola dalam berpikir yang lebih teratur, sehingga kemudian tanpa disadari akan berpengaruh pada kehidupannya sehari-hari. Nampak jelas ketika pada usaha di dalam menyelesaikan masalah, biasanya anak yang sudah terbiasa menulis dengan baik akan bisa menelaan masalah dari awal dan dasarnya lalu kemudian mencari penyelesaiannya, bahkan bisa membayangkan bagaimana efek dari penyelesaian itu kemudian.
Tulisan memang jelas membeberkan fakta dan kenyataan tentang diri kita yang sebenarnya, mulai dari pemilihan kata hingga cara menulis itu sudah jelas. Tulisan semrawut menunjukkan bagaimana kesemrawutan penulisnya di dalam berpikir dan bertindah, tulisan yang penuh dengan marah, dengki, dan kebencian, juga menunjukkan bagaimana isi hati dna pemikiran orang tersebut sesungguhnya. Tulisan yang isinya menunjukkan diri sepertinya sangat baik dan malaikat banget juga justru menunjukkan bagaimana orang tersebut, belum tentu sama seperti yang dituliskannya itu, kebanyakan malah kebalikannya, tergantung dari kata dan cara menulisnya, ketahuan semua, kok!
Anak-anak di negeri Barat, sudah terbiasa menulis sejak kecil. Anak-anak di sekolah dasar hingga kuliah, terus diajarkan untuk menulis. Mereka dibiasakan menulis sejak kecil, bahkan di sekolah dasar, menulis dan menggambar adalah seperti harus dilakukan setiap hari di sekolah. Bukan hafalan ataupun dipaksakan untuk menjadi tahu segalanya, tetapi justru diupayakan untuk mengeluarkan dan mengembangkan apa yang dimiliki oleh setiap anak agar bisa benar maksimal digunakan dan dikembangkan. Tak heran bila mereka kemudian sangat terbiasa membaca, menulis, dan tidak takut untuk mengeluarkan pendapat dan berkembang, serta berani menjadi diri mereka sendiri. Inilah yang kemudian membuat mereka menang dalam banyak hal.
Saya seringkali menemukan anak yang bahkan sudah kuliah di tingkat akhir pun masih kesulitan di dalam menulis. Herannya, ketika saya meminta hasil dari semua tulisan yang diwajibkan di kuliah, isinya adalah “copas” dari tulisan karya orang yang hebat dan terkenal. Bisa dikatakan, tulisan yang dibuat adalah hanyalah kumpulan dari pemikiran orang-orang yang kemudian dijadikan satu agar nampak hebat dan baik, herannya itu juga yang mendapatkan nilai dari guru mereka. Kalau saya yang menjadi dosen dan diberikan seperti itu, langsung saya berikan nilai yang sangat rendah. Yang dibutuhkan adalah pemikiran diri sendiri, bukan orang lain, pemikiran orang lain hanya sebagai latar belakang dan penguat saja, bukan kemudian itu yang dikedepankan. Terutama lagi dalam hal penemuan dan pemecahan masalah, kalau pakai pemikiran orang lain terus, untuk apa capek-capek dan buang uang untuk sekolah?! Jadi tukang copas dan plagiat saja cukup. Galak, ya?! Hehehe….
Banyak juga anak yang kemudian berhenti menulis dan berkarya, kehilangan motivasi karena tidak didukung dan diapresiasi oleh orang tua. Mereka biasa suka coret-coret dan menulis di mana-mana, kertas dirobek, lalu disimpan sembarangan sehingga nampaknya seperti sampah. Nah, orang tua lalu marah dan membuang apa yang sudah mereka buat itu, pakai terus lagi ngomel tanpa memperhatikan apa yang sebenarnya sudah dilakukan anaknya dan betapa penting serta berartinya karya yang sudah dibuat itu bagi mereka. Pokoknya maunya bersih, beres, nggak suka kotor dan berantakan, mematikan imajinasi dan membuat anak takut serta rendah diri dalam berkaryanya tidak diperhatikan. Yah, kalau anaknya jadi masalah kemudian, tidak juga mau disalahkan, kan?! Anak terus yang salah! Soal berantakan, tinggal diajarkan saja bagaimana menyimpan karya mereka dengan baik di dalam map atau di dalam dus pribadi mereka. Capek, ya namanya orang tua, harus sabar dan konsisten jika ingin anaknya menjadi yang terbaik.
Saya sendiri sempat lama berhenti menggambar karena saya merasa tidak diapresiasi malah dimarahi melulu. Memang saya suka sekali menggambar di dinding dan lantai, menghiasi kamar saya sendiri dengan gambar-gambar yang saya buat. Lalu, terus saja dihapus lagi, dicat lagi, dianggap kotor dan jelek. Rasanya jengkel sekali! Pernah juga saya membakar semua tulisan dan buku harian saya, sebuah protes karena buku harian saya dibaca dan ditertawakan begitu saja. Sungguh membuat saya malu dan sekaligus sangat marah karena mereka langsung menuduh tanpa pernah bertanya apa isi tulisan saya sebenarnya. Untung saya keras pada keinginan dan terus fokus pada cita-cita sebagai penulis dan pendidik, apapun yang terjadi tidak mengubah pendirian, tetapi berapa banyak yang kemudian gagal melakukannya?!
Membaca itu penting tetapi menulis juga sangat penting. Orang bisa membaca tetapi sulit mengerti arti dan makna yang sesungguhnya dari tulisan, karena tidak terbiasa menulis. Hasilnya, tulisan apapun diterima “plek-plek” begitu saja tanpa diolah dan dipikirkan lebih lanjut, dan inilah yang kemudian digunakan sebagai cara paling mudah melakukan pembodohan di dunia ini. Sudah malas belajar, maunya instant, keras kepala, sombong, tidak juga mau belajar untuk mengerti arti dan makna kata dan tulisan dengan belajar menulis. Senang pula dengan intrik dan berintrik serta menghalalkan segala cara. Kacau sudah, kapan mau majunya negeri kita ini?! Baru tahu sedikit pun sudah seperti tahu segalanya, giliran menulis pun yang diprioritaskan uang dan eksistensinya melulu. Aduh, duh!!!
Kemarin malam saya berbincang dengan seorang dokter dari BNN, dan bertanya apakah benar anak dari kelurga “broken home” yang paling banyak menjadi pecandu narkoba? Jawabnya, tidak, justru dari keluarga yang terlalu ingin anaknya sempurna sesuai dengan keinginan orang tua, orang tua yang terlalu memaksakan kehendak, orang tua yang tidak membiarkan anak mandiri dan terlalu memanjakan anak, serta orang tua yang tidak konsisten antara ucapan dan perilakulah yang paling banyak menghasilkan anak pecandu narkoba. Anak-anak tersebut menjadi pengguna karena pelarian, pemberontakan, dan karena tidak tahu harus bagaimana menyelesaikan masalah. Anak-anak ini kehilangan jati diri dan percaya dirinya, sehingga sangat mudah sekali terjerumus oleh lingkungan dan budaya yang menghancurkan. Nah, loh!!!
Yuk, ajarkanlah anak Indonesia menulis. Biarkanlah perputakaan rumah dan sekolah serta di mana-mana dipenuhi dengan karya mereka. Walaupun hanya di kertas dan coret-coret, bukan buku yang dicetak mahal di penerbit, tetapi akan sangat berarti sekali bagi mereka dan masa depan. Bantulah mereka untuk dapat berkembang, menemukan diri mereka sendiri, dan percaya diri. Latih mereka juga untuk sabar, konsisten, dan terus mau belajar sebab ini adalah kunci penting di dalam menulis. Biarkan mereka menikmati proses, hargai setiap langkah dalam proses itu. Jangan sia-siakan kesempatan yang ada, bantulah mereka, bantulah anak Indonesia! Berikan mereka masa depan yang cerah dan gemilang!
Bandung, 4 Februari 2018
Salam hangat selalu,
Mariska Lubis
Sangat menginspirasi buk curator...😉
terima kasih...
Iya Kak. Hal ini banyak terjadi di Indonesia. Apalagi masalah baca dan tulis. Rasanya kita tak pernah ada kesempatan untuk mengatakan kepada guru kita misalnya, bahwa kita suka 'ini'bukan 'itu'. Seiring waktu, akhirnya bagi sebagian anak atau orang dewasa putus asa lantaran tidak mendapatkan apa yang menjadi keinginannya.
Saya sendiri termasuk orang yang beruntung karena suka menulis dan membaca. Meskipun secara sadar saya mengatakan bahwa, dunia tulis menulis bagi saya tak sama dengan teman-teman lain yang sudah suka hal itu sejak dibangku SD malah. Saya suka dunia literasi baru-baru ini saja, sekitar 2009. Setelah saya pelajari, saya menemukan pencerahan bagi diri saya sendiri yakni, kira bisa jadi apa saja jika kita fokus. Terbukti, dari 2009 itu saya merasakan banyak sekali dampak perubahan dari cara penulisan saya.
Salam hangat.
Perubahan besar pasti terjadi ketika kita masuk ke dalam dunia tulis menulis dan membaca, kan?! Itulah gunanya menulis dan membaca ya...
Iya benar kak Masriska. Asal jangan pantang menyerah!!!
Iya kak mariska , memang dari sejak dini anak anak perlu dilatih dalam bidang tulis menulis, membaca bahkan saya sejak anak kelas satu sekolah dasar sudah saya latih menghafal alquran. @mariska.lubis
ajarkan anak untuk terus berkembang ya... biarkan anak bukan hanya menghafal Al Quran tetapi benar mengerti dan mempraktekkannya...
Insyaallah mtq tingkat peopinsi juara 1 untuk 5jus @Mariska.lubis
Sedikit tambahan mbak @mariska.lubis
Sebenar nya sekarang dengan adanya UU No.6 tahun 2014 tentang Desa, semakin memperluas kesempatan anak2 untuk membaca dan menulis, dapat dilihat juga dari program prioritas desa utk tahun 2018, salah satu nya membuat taman baca setiap desa. Jadi seluruh anak2 desa juga dapat berpartisipasi aktif di dalamnya. Dan harapan kita semua bahwa semua elemen masyarakat terutama orang tua anak sendiri yang lebih giat untuk mendorong anak2 nya. Salam...
Sedikit sebaiknya ditambahkan juga, bukan hanya disediakan tempat untuk membaca tetapi juga tempat untuk belajar menulis agar perpustakaan itu terisi tulisan orang-orang desa itu sendiri terutama anak-anak. Salam hangat selalu.
Masukan nya menarik mbak @mariska.lubis
Saya juga bagian orang yang terlibat dalam program pendampingan desa, masukan ini dapat saya sampaikan kepada elemen berpengaruh di desa terkait masukan ini. Terimakasih mbak.
Salam yang selalu hangat.
saya sudah lama terlibat dan awalnya karena sedih juga anak diberikan bacaan tetapi tidak paham apa yang mereka baca dan tak ada pendampingan yang membantu mereka mengerti, itu bisa menjadi kesalahan besar, karena salah membaca maka bisa salah juga dalam berpikir. Lagipula, menunggu buku kiriman dan sumbangan itu sangat membuat kesal, jadi kenapa tidak membuat mereka belajar menulis? Menulis juga membuat perbedaan "status sosial" itu hilang dan menumbuhkan rasa percaya diri, dan bagusnya lagi mendidik semua untuk berkarya tanpa berharap bantuan terlebih dahulu. Memanusiakan manusia dengan mengajarkan mereka menulis, hasilnya akan sangat dahsyat.... selamat mencoba!
Betul itu mbak... Hari ini masalah terbesar dunia anak adalah tak ada para pembimbing secara merata yang membuat mereka antusias dalam belajar menulis...
Semoga dengan adanya UU Nomor 6 tahun 2014 itu dapat menyadarkan desa (perangkat) utk hal yang mendukung anak dalam membaca dan menulis, serta mendatangkan para pembimbing yang menarik.
Terimakasih untuk saran dan masukannya mbak..
Pasti saya coba aplikasikan ke desa2..
Salam yang selalu hangat...
Semoga anak indonesia dari sabang sampai meroke bisa menulis dan berkarya untuk negeri kita tercinta..
Amin yra.
Saudari @Mariska.lubis benar adanya bahwa dengan sering kita menulis maka mudah bagikita untuk mengutarakan imajinasi lewat tulisan.
Setuju....
Angkat aku jadi muridmu ka @mariska.lubis heh
Hahaha... belajar bareng aja yuk!
@mariska.lubis, Thanks, @kittynick!
thanks.
Hayuuuu banget semangat 45 langsung .xD
Hahahahaha aku jadi kakak kedua kkwkwkwkw
hahaha belajar menulis rame-rame biar seru!
Yuk, @gethachan kita belajar menulis yang baik, renyah dan informatif pada kak @mariska.lubis :)
Ayoookkk ka @alaikaabdullah siap menyerap energi kepenulisannya hehe
ajarin aku menulis yang baik kakakku..
🙏🙏
Bener bgt tuh ka anak2 memang harus di didik dr kecil untuk menulis,walaupun itu cm tentang isi hatinya yang lagi kesel sm ortu atau sama temannya..yang penting isinya menulis dr hatinya bukan dari paksaan orang lain..
iya banget @anitacarolina.
Mmang benar mbak @mariskalubis, saya pribadi jadi menyesal karna dulu kurang suka menulis.
ingin memperbaiki kesalahan yg dulu di waktu sekarang meskipun agak terlambat.
nggak ada kata terlambat kok untuk menulis... ;)
Membaca itu penting, tapi menulis juga sangat penting. Sepakat Kak :)
yup...
Suatu pekerjaan apapun pada awalnya sangat sulit dilakukan, tetapi kalau dibiasakan pekerjaan apapun yang akan kita lakukan akan terasa sangat mudah.
Setuju banget!
Ulasan yang menarik Bu @mariska.lubis. Memang dalam kenyataannya lembaga pendidikan kita belum maksimal menciptakan kondisi guna melahirkan penulis-penilis handal. Dalam beberapa kasus, para siswa cenderung dipaksa menghafal teori begana begini. Sebab standar kecerdasan anak masih diukur dari penguasan teori-teori tertentu, sementara kemampuan mereka untuk menulis sebagai salah satu saluran bagi mereka untuk berbagi pengetahuan justru terabaikan. Jadi sudah saatnya menciptakan kondisi baik di rumah maupun di sekolah agar menulis tidak hanya menjadi keahlian, tetapi juga kegemaran.
malah lembaga pendidikanlah yang saat ini paling merusak anak dan masa depan... sudah waktunya berubah...
Mau dong jadi anak nya hehe..
sudah kebanyakan ah hahaha....
Tulisan Nyak (sejenis wawak-wawak) the best, menginspirasi sekali...
Semoga suatu saat nanti, ketika aku punya anak satu, dua, atau bahkan lebih, mudah-mudahan aku masih ingat sama tulisan Nyak yang ini.
Salam...
ingat-ingat teruslah... hehehe... salam hangat...
Memang mahir dibuang menulis dan kata-kata teratur dengan rapi,salam ya..
salam hangat selalu...
Sepakat dengan statemen Bu @mariska.lubis, "Membaca penting, tetapi menulis lebih penting."
Statemen ini sejalan dengan hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa menulis menumbuhkan potensi multiple intelegensi. Apabila diterapkan sejak dini, maka perkembangan intelegensi anak akan tumbuh lebih baik.
Indonesia Menulis, kalau buat saya, itu sebuah keharusan bila negeri ini mau menjadi negara yang maju.
Tulisan yang mencerahkan Bu @mariska.lubis :)
Iya pak, menulis itu sangat penting sekali agar kemampuan anak untuk berpikir lebih kritis dan mampu melihat berbagai hal dari semua sudut pandang sehingga memiliki wawasan sangat luas. Terima kasih dan salam hangat.
Ajarkan anak di usia masih belia itu semua tergantung dari sikap orang tua masing-masing, kadang orang tua tidak memperdulikan apa kemauan anak tersebut dan pada akhirnya sianak memutuskan untuk bermalas-malasan dan asyik bermain yang tidak bermanfaat, terima kasih @mariska.lubis telah memberikan pembelajaran bagi kami orang tua. Salam sukses
si kembar diajarkan menulis yah... ;)
Iya kakak @mariska.lubis, mereka paling senang menggambar dan menulis semoga kelak menjadi anak yang bisa membanggakan Indonesia, amin YRA
Saya sangat setuju sekali dengan artikel @mariska.lubis ..Biarkan anak Indonesia menulis...kebiasan anak bisa dilihat sejak dini..seperti yang terjadi di kehidupanku...gadis kecil yang hobynya ke gramedia beli buku bacaan ..semua uang jajan habis buat beli buku..sampai dewasapun demikian..anak seusianya sibuk beli baju dia sibuk dengan buku...hasilnya kemudian kelihatan dari anak lainnya. di sekolah selalu mendapat nilai teratas...jago menulis cerita..buku...puisi pun juara 1 se sumut..lomba mengarang tentang pajakpun juara.dll. karena seringnya menulis kosa katapun lebih banyak...jadi biarkan anak menulis apa saja yang disukai dan dukung mereka....
hahaha jadi ingat lagi kecil, saya sibuk dengan buku dan kertas-kertas, malas dengan yang lain... boneka pun tak suka... beruntung banget bisa demikian karena untuk di sekolah pun sangat membantu.
Menulis adalah alternatif trauma hiling. Anak-anak harus diajarkan menulis, termasuk menggambar.
setuju banget dengan Pak Dosen!
Sepakat kak. Biarkan anak Indonesia berkarya lewat tulisan.
yup, berikanlah mereka kebebasan tumbuh dan berkembang dengan menulis...
Sangat menyenangkan di masa depan melihat anak-anak bisa berkarya dengan baik utk kemajuan Indonesia.
Tulisan yanh sangat berguna membaca kita banyak tau segala hal kita diajarkan untuk membaca agar kita mengatui dan pintar, menulis tidak lepas dari membaca dengan menulis daya ingat kita akan bertambah
https://steemit.com/traveling/@ampon/waduk-jeulikat-dan-wisatanya
semoga bermanfaat.
artikel yg bagus ..lanjutkan ,,,semoga [email protected]
terima kasih...
saya juga menulis terus mbak @mariska.lubis 😂
keren....
Artikel yang sangat memotivasi anak anak agar giat menulis
semoga demikian... ;)
Artikel yang sangat bermanfaat, saya selaku orang tua sangat termotivasi membaca artikel ini untuk saya terapkan pada anak saya, terimakasih kak....
alhamdulillah.... biarkan mereka menulis...
Insyaallah masukan dari kakak bisa jadi motivasi buat papa muda seperti saya. Terimakasih kakak.
Insyaallah kakak semoga jadi motivasi buat papa muda seperti saya. Terimakasih kakak.
Anak saya yg bungsu baru berumur 3tahun, belum bisa baca n nulis. Tapi dia gemar membaca n menulis. Asal liat buku yg bergambar, trs dia ngarang cerita sendiri. Padahal bacaannya gx nyambung sama sekali hehehehe. Tapi semangatnya luar biasa.
bagus! biarkan dia berimajinasi sendiri, jangan dipaksakan membaca... berikan dia guntung dulu untuk menguatkan tangannya atau kuas untuk membantu dia juga mengontrol motorik halus sebelum dia belajar menulis nanti....
Saya sendiri merasakannya, malas untuk menulis. Akhirnya jika ada tugas mengarang kebingungan sendiri harus menulis apa. Beruntung saat SMA saya mulai suka dengan puisi dan novel. Disitulah saya mulai menulis...hehehe
Terima Kasih Teh @mariska.lubis atas pencerahannya
Enak kan menulis.... semoga bermanfaat...
Iyaaa benar kak @mariska.lubis, tulisan menjadi alat bantu anak introvert dlm berkomunikasi..
amat sangat membantu....
Wah,sungguh pemikiran yang hebat mbak.Coba semua orang tua baca tulisan ini dan mgerti maknanya.Biar mereka mendukung setiap kreatifitas sang anak.Tulisan yang keren.
semoga saja ya bisa membantu para orang tua mengerti...
Iya mbak,cukup prihatin kalau lihat anak zaman sekarang,peran orang tua sebenarnya sangat penting.
Berkaryalah Indonesia... Mantap ka
Indonesia Berkarya!
Nah, ini persis dengan yang pernah saya rasakan mba. dan beruntung sekali saya berkenalan dengan steemit sehingga sekarang jadi terbiasa untuk menulis
Untung juga kamu memulainya sehingga kamu tahu kamu sangat berbakat sekali dalam menulis, kan?!
Untung ada steemit yang membuatku kecanduan menulis, mba 😀
Mak nyeesss.....crispy tapi spicynya terasa banget. Hehehe. Yang terkesan "tulisan menunjukkan karakter/kepribadian kita". Lagi marah, senang dan bingung keliatan di tulisan ya mbak.hehehe . Ya, sabar dan konsisten dalam mendampingi si kecil memang kunci utama untuk mewujudkan keberhasilannya. Anakku masih kls 2 SD sering nulis surat untuk saya kalau lagi kepingin sesuatu yg dianggap mamanya tidak mungkin memenuhi keinginannya (padahal mamanya selalu disamping hehe), terkadang saya lupa membalasnya karena sibuk (lagi2 ada alasan ya hehe). Besoknya dia nulis lebih panjang lagi nberharap mamanya bersedia meluangkan sedikit waktu untuk membalasnya. Mungkin inilah salah salah satu bentuk ekspresi anak dalam menyampaikan sesuatu melalui tulisan yang perlu dibimbing dan di dampingi ya mbak @mariska.lubis. terimakasih tulisannya galak eh keren banget.
so sweet... selalu simpan surat mereka, dan biarkan mereka tahu kalau semua itu adalah hal baik yang membuat hati ibu senang... satu hari nanti mereka akan menyadari betapa seorang ibu itu sangat menyayangi mereka, memberikan apa yang mereka butuhkan bukan yang selalu mereka inginkan.
Mariska. Lubis...... Help me
Ada apa?!
Mbak curator yang cantik......biar kami lebih giat dan semangat lagi berjuang votelah kami..
Sepakat, namun selain kurang nya apresiasi juga masalah kepercayaan diri sering menjadi penghambat keberanian untuk menulis.. dan miris fakta dilapangan banyak mahasiswa yang skripsi nya dibuatin orang lai,,..
itulah, sampai ada yang punya usaha penerimaan pembuatan skripsi, kan konyol banget!
mereka kuliah 4 tahun ngapain coba,, hahaha
Anak adalah tumpuan orang tua, biarkan dia bebas, dan berimajinasi dengan dunianya,,yakinlah suatu saat coretan itu akan jadi lukisan yang indah
Salam ceria, mbak @mariska.lubis
setuju banget!
Betul!
Dari dulu saya paling nggak PD buat nulis dan endingnya jadi males nulis
Sampai2 banyak kesempatan beasiswa tp saya nggak apply karna ya itu saya nggak PD dengan tulisan saya
Dan sepertinya memang hal ini karena saya nggak dibiasakan menulis sejak dulu
Nah sekarang ini baru deh berasa efeknya nulis dan susahnya kalau nggak bisa nulis yang baik dan benar, menyesalll.
hehehe sekarang kan sudah mulai menulis, tinggal dilanjutkan... kesempatan beasiswa masih banyak, kok!
Hihihi iya teh
Steemit jadi wadah saya dan mungkin teman2 lainnya buat beneran belajar nulis 😁
betul sekali seperti yang bunda katakan, memang saya belum punya anak dan bahkan belum menikah. tapi fenomena yang terjadi sekarang seperti yang bunda katakan, bahkan sekarang anak-anak sekitar saya tinggal sudah jarang untuk membaca dan menulis. mereka lebih suka menghabiskan waktu dengan permainan-permainan yang saya rasa tidak penting, seperti main PS dll.
ya karena pengaruh lingkungan dengan alasan tuntutan jaman, itu karena orang tua tidak mampu mengalihkan perhatian mereka untuk membaca dan menulis, mencari jalan pintas untuk membuat anak diam dan tenang, diberikan saja games dan membiarkan mereka bermain dengan games tanpa batas... gawat!
Setuju sekali, budaya menulis harus dilestarikan. Saya masih ingat bagaimana saya pertama sekali merasa sangat kesulitan untuk menulis sebuah essay ketika saya kuliah. Kebetulan karena kuliah di jurusan bahasa Inggrus, menulis adalah mata kuliah wajib "writing", bagaimana saya mendapatkan nilai "C" untuk writing 1 😭😭
Lama-lama bisa lebih baik, kan?! hehehe...
Iya Mbak, alhamdulillah writing selanjutnya udah dapat A, dengan memlelajari bgmn org menulis, teknis dan sebagainya, namun memang menulis itu hal yg berat bagi anak2 indonesia
Baca ini langsung menyesal nggak "nulis" dari kecil, padahal cita-cita jadi penulis sudah dari kecil.
sekarang sudah menulis dan menjadi penulis kan?! hehehe...
Tunjukkan pada Dunia, kalau Indonesia bisa...
Berkicau terus kakak. Kicauanmu membangkitkan semangat bangsa...
Salam sukses kakak...
Biarkan Indonesia menulis!
Benar itu mbak, ajarkan mereka untuk mengeluarkan isi hati mereka, itulah tulisan yang sebenarnya. Sukses selalu @mariska.lubis
yup... setuju!
Benar itu mbak, dengan mengeluarkan isi hati, itu adalah tulisan yang sebenarnya. Sukses selalu @mariskalubis
Benar adanya karna dengan terbiasa kita dalam menulis maka kita manjadi mudah dalam ber imajinasi dalan tulisan @Mariska.lubis
Ulasan yang bagus @mariska.lubis,sukses selalu
semoga berguna dan bermanfaat.
Iya bener mba...anakku juga aku biasain nulis, ga cukup di kertas, nerusin ke dinding rumah 😅😆
tempel kertas-kertas besar di dinding, biarkan mereka coret-coret di kertas itu tanpa mengotori dinding... :)
Saya mencoba membiasakan anak-anak menulis sejak kecil, Sista @mariska.lubis. Tapi memang tantangannya sekarang sudah lebih kompleks dibandingkan dengan masa kecil kita dulu. Kondisi in sebaiknya harus menjadi tantangan untuk lebih serius membudaya menulsi bagi anak-anak.
Saleum literasi, Sista!
Menulis dan membaca, dua hal yang saling isi dan melekat. Mana yang lebih utama bang @ayijufridar? Seperti menjawab mana yang lebih dulu ada, antara telur dan ayam hehe. Tapi saya yakin, budaya literasi tumbuh bersamaan dari kedua minat tersebut.
Menurut saya keduanya penting, membaca adalah awal untuk merangsang orang mau menulis, dan menulis itu akan membantu agar lebih mengerti arti dan makna bacaan.
Iya bang, sekarang menjadi lebih rumit apalagi pelajaran mereka di sekolah terlalu memberatkan dan faktor lingkungan sangat mempengaruhi. Semoga saja kita bisa mengarahkan mereka.
Salam hangat selalu untukmu, bang!
Kalau pak joko programnya " Kerja, Kerja, Kerja"
Kalau mbak mariska " menulis, menulis, menulis".
Sebenarnya kedua-duanya kata kerja ya mbak.. hehe..
Hahaha sama-sama kata kerja tetapi kalau hanya kerja, monyet, kerbau juga bisa kerja.. yang bisa menulis hanya manusia!
Yayayaya... saatnya memanusiakan manusia ya mbak
. Hehehe
iyalah masa manusia diperlakukan seperti hewan....
keren kak
amin.